Sabtu, 19 Desember 2015

Indonesia Butuh Kamu, Sarjana!




Indonesia butuh kamu, Sarjana! 
(catatan kecil mahasiswa ITB)

 

AYO KULIAH  !


idquote.info

"Ingat, kita membutuhkan wadah yang cantik untuk menyimpan barang yang cantik."

 Siapa yang kira saya yang berasal dari pelosok desa bisa menginjak kota Bandung dengan segala kemajuannya, teknologinya, dan dunia kemahasiswaannya. Dan siapa pula yang mengira dunia kemahasiswaan itu saya kenyam di Universitas terbaik bangsa. Ya, terbaik bangsa. Universitas yang telah mengubah Indonesia melalui lulusan-lulusannya, universitas yang telah mengubah kehidupan masyarakat sekitarnya, negerinya, bahkan dunia melalui penemuan-penemuan terbaiknya; Institut Teknologi Bandung. Mungkin sejauh tulisan ini anda baca, anda kira itu semua alasan saya memilih ITB?
Tidak sepenuhnya salah. Siapa yang tidak mau berada disini; berdiri diatas batu bertuliskan jurusan yang diimpikan diatas kolam intel ITB sambil memandangi pelangi yang kadang muncul terbias air mancur dari kolam itu, mencuci mata dengan menjelajahi the evergreen campus, salah satu kampus hijau di Indonesia dengan bunga bugenville dan pohon sakura kuningnya, dan berinteraksi dengan orang-orang hebat dari seluruh penjuru Indonesia. Siapa yang tidak mau? Saya pikir tidak ada. Namun ada alasan lain yang membuat saya berpaling dari kemalasan, alasan yang membuat saya terkadang melewatkan begitu saja momen indah pelangi di atas kolam intel ITB, alasan yang membuat saya tidak terlena dengan keindahan kampus hijau ini, dan alasan itu adalah; Mimpi saya BESAR. Ingat, kita membutuhkan wadah yang cantik untuk menyimpan barang yang cantik. Kita membutuhkan medium yang optimal untuk menumbuhkan suatu kultur agar tumbuh dengan baik. Insitut Teknologi Bandung adalah wadah yang cantik itu, dan buat saya Institut Teknologi Bandung-lah medium yang optimal itu. Saya menyarankan ITB sebagai wadah itu--tentu saja jika anda menyukai dunia teknik--karena saya berada disini sekarang. Namun setiap orang itu unik. Temukanlah wadah terbaik, versi kamu.



 Namun, semudah itu-kah? 

kamu akan sampai di puncak
Semudah itukah terdaftar sebagai mahasiswa disini, belajar disini, bertahan hidup disini, lulus disini dan kemudian mewujudkan mimpi yang BESAR itu? Baik, satu lagi yang perlu diingat; Mimpi besar TIDAK MUNGKIN dibangun dalam semalam (kecuali anda adalah Bandung Bondowoso). Hal paling menyedihkan saat setelah penerimaan mahasiswa baru di Institut Teknologi Bandung adalah ketika saya sadar; perjalanan akan menanjak terjal. Orang-orang dengan mimpi yang kecil tidak perlu menanjak terlalu tinggi, dan tidak akan menemui tanjakan yang terjal. Sebaliknya, orang-orang dengan MIMPI BESAR akan SELALU menemui tanjakan itu; tanjakan yang terjal, selalu naik, berat, dan melelahkan. Namun apa yang akan kita temui di puncak? Analogikan dengan apa yang pendaki gunung temui saat sampai di puncak? Ya, bunga edelweiss akan menyapa dengan segala keindahannya. MIMPI kita sudah menunggu diatas sana. Hanya perlu kesabaran, teman. Jika menggapai mimpi besar itu tidak mungkin, maka sesuai analogi pendaki gunung tadi, tidak akan ada orang yang pernah menemukan bunga edelweiss, bahkan mungkin tidak ada nama “edelweiss” yang kita ketahui sekarang; tidak ada mimpi besar yang akan kita capai. 

Kapan Saya Harus Mulai? 
pelangi di kolam intel ITB
"Keyakinan kita untuk mendaftar ke Institut ini, keyakinan kita akan kemampuan kita sendiri, itu adalah salah satu ujian perjuangan dalam meraih mimpi besar kita."
Perjuangan tidak dimulai dari setahun lagi, setelah terdaftar sebagai mahasiswa disini, atau hanya ketika akan menghadapi ujian semester di ITB, kawan. Sebenarnya ujian selalu ada, bahkan dalam bentuk keyakinan. Apa maksudnya? Keyakinan kita untuk mendaftar ke Institut ini, keyakinan kita akan kemampuan kita sendiri, itu adalah salah satu ujian perjuangan dalam meraih mimpi besar kita. Dan saya telah melampaui ujian pertama saya itu ketika saya memutuskan untuk mendaftar ke Institut Teknologi Bandung. Apa mimpi besar saya? itu yang anda tanyakan daritadi? Mimpi besar saya adalah membangun desa saya sendiri, desa tempat saya belajar sampai saya bisa berada disini. Sesungguhnya mereka selalu menanti saya kembali, membalas budi dengan segala ilmu yang telah saya miliki. Hanya itu? Ya, saya hanya memiliki satu mimpi itu. Mungkin kecil bagi sebagian orang, namun besar bagi desa saya. Mimpi besar telah diwujudkan oleh alumni-alumni Institut ini semacam Habibie yang memelopori industri pesawat negeri, Soekarno sebagai tokoh proklamasi, atau Ridwan Kamil, yang menjadi Walikota di tempatnya dilahirkan dan membangunnya menjadi kota teknopolis dengan ilmu arsitek yang beliau miliki; Bandung. Dengan cara apa saya membangun desa saya? menjadi Teknopolis-kah? Atau menjadi destinasi wisata dunia semacam Bali-kah? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang harus saya jawab disini. Inilah Institut Teknologi Bandung, tempat dimana semua orang bertanya dan harus ada jawabnya. Orang-orang disini, ilmu yang didapat dari sini, dan pengalaman organisasi plus kota Bandung teknopolitan sebagai penginspirasi bisa menjawab pertanyaan saya itu dan mengantar saya menuju mimpi besar saya.

Tapi Saya Masih Ragu  
labtek kembar ITB
"Mimpi itu sebagai patokan usaha. Mimpi tetap, usaha yang berubah. Jangan sampai terbalik."
Masih ragu untuk jatuh bangun di kampus ini? Pertanyaan yang saya hadapi satu tahun lalu, saat saya masih menduduki bangku SMA di sebuah Kabupaten di Jawa Tengah. Saat itulah keputusan terbesar dalam hidup saya harus diambil; memilih Institut Teknologi Bandung sebagai satu-satunya pilihan dalam jalur seleksi SNMPTN. Mungkin memang sudah jalan takdirnya saya berada disini, namun jangan selamanya mengandalkan/menyalahkan takdir. Karena ada takdir yang bisa diubah dengan kemampuan kita apabila kita sungguh-sungguh. Kalau tidak lolos bagaimana? Inilah yang harus kita sadari sejak dini; memantaskan diri. Ya, jika saya tahu kemampuan saya belum pantas untuk mimpi sebesar itu, maka bukan mimpinya yang diturunkan, namun usahanya yang ditingkatkan. Perlu ditekankan; JANGAN PERNAH MENURUNKAN MIMPI SEDIKITPUN. Mimpi itu sebagai patokan usaha. Mimpi tetap, usaha yang berubah. Jangan sampai terbalik. Bila hal itu terjadi, bukan hanya mimpi yang turun. Usaha akan turun, kualitas diri akan turun karena tidak keras berusaha, dan konsekuensi paling buruk; tidak bermanfaat bagi oranglain.

 Berangkat!
  
secret-sites.blogspot.com
"Jangan pernah malu dan rendah diri hanya karena berasal dari desa, atau tempat yang terpencil nun jauh disana."
 
Tentukanlah mimpimu di satu tempat sebagai suatu target, dan pastikan ia tetap disana. Biarkan dirimu yang memanjat atau melompat-lompat untuk meraihnya, bukan menurunkan targetnya. Saya pun baru akan memulai tanjakan ini, perjuangan mendaki untuk menemui edelweiss hidup saya; mimpi besar saya. namun yang membedakan saya dengan anda, hanyalah saya telah melewati ujian pertama yaitu keyakinan bergabung di Institut ini. Jangan pernah malu dan rendah diri hanya karena berasal dari desa, atau tempat yang terpencil nun jauh disana. Tidak sedikit orang-orang sukses di kampus ini berasal dari daerah terpencil di Indonesia. Lalu mengapa mereka bisa masuk dan berkarya di Institut ini? karena mereka percaya bahwa yang membedakan itu bukan asal daerah, namun mimpi besar mereka yang diwujudkan dalam bentuk nyata; USAHA. Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater; kami tunggu teman-teman untuk mendaki bersama di Institut Terbaik Bangsa.



"Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar