Indonesia butuh kamu, Sarjana!
(catatan kecil mahasiswa ITB)
AYO KULIAH !
idquote.info
"Ingat, kita membutuhkan wadah yang cantik untuk menyimpan barang yang cantik."
Siapa yang kira saya yang berasal dari pelosok desa bisa menginjak kota Bandung dengan segala kemajuannya, teknologinya, dan dunia kemahasiswaannya. Dan siapa pula yang mengira dunia kemahasiswaan itu saya kenyam di Universitas terbaik bangsa. Ya, terbaik bangsa. Universitas yang telah mengubah Indonesia melalui lulusan-lulusannya, universitas yang telah mengubah kehidupan masyarakat sekitarnya, negerinya, bahkan dunia melalui penemuan-penemuan terbaiknya; Institut Teknologi Bandung. Mungkin sejauh tulisan ini anda baca, anda kira itu semua alasan saya memilih ITB?
Tidak sepenuhnya salah. Siapa yang tidak mau berada disini; berdiri diatas batu bertuliskan jurusan yang diimpikan diatas kolam intel ITB sambil memandangi pelangi yang kadang muncul terbias air mancur dari kolam itu, mencuci mata dengan menjelajahi the evergreen campus, salah satu kampus hijau di Indonesia dengan bunga bugenville dan pohon sakura kuningnya, dan berinteraksi dengan orang-orang hebat dari seluruh penjuru Indonesia. Siapa yang tidak mau? Saya pikir tidak ada. Namun ada alasan lain yang membuat saya berpaling dari kemalasan, alasan yang membuat saya terkadang melewatkan begitu saja momen indah pelangi di atas kolam intel ITB, alasan yang membuat saya tidak terlena dengan keindahan kampus hijau ini, dan alasan itu adalah; Mimpi saya BESAR. Ingat, kita membutuhkan wadah yang cantik untuk menyimpan barang yang cantik. Kita membutuhkan medium yang optimal untuk menumbuhkan suatu kultur agar tumbuh dengan baik. Insitut Teknologi Bandung adalah wadah yang cantik itu, dan buat saya Institut Teknologi Bandung-lah medium yang optimal itu. Saya menyarankan ITB sebagai wadah itu--tentu saja jika anda menyukai dunia teknik--karena saya berada disini sekarang. Namun setiap orang itu unik. Temukanlah wadah terbaik, versi kamu.
Namun, semudah itu-kah?
kamu akan sampai di puncak |
Semudah itukah terdaftar sebagai mahasiswa disini, belajar disini, bertahan
hidup disini, lulus disini dan kemudian mewujudkan mimpi yang BESAR itu? Baik,
satu lagi yang perlu diingat; Mimpi besar TIDAK MUNGKIN dibangun dalam semalam
(kecuali anda adalah Bandung Bondowoso). Hal paling menyedihkan saat setelah
penerimaan mahasiswa baru di Institut Teknologi Bandung adalah ketika saya
sadar; perjalanan akan menanjak terjal. Orang-orang dengan mimpi yang kecil
tidak perlu menanjak terlalu tinggi, dan tidak akan menemui tanjakan yang
terjal. Sebaliknya, orang-orang dengan MIMPI BESAR akan SELALU menemui tanjakan
itu; tanjakan yang terjal, selalu naik, berat, dan melelahkan. Namun apa yang
akan kita temui di puncak? Analogikan dengan apa yang pendaki gunung temui saat
sampai di puncak? Ya, bunga edelweiss akan menyapa dengan segala keindahannya.
MIMPI kita sudah menunggu diatas sana. Hanya perlu kesabaran, teman. Jika
menggapai mimpi besar itu tidak mungkin, maka sesuai analogi pendaki gunung
tadi, tidak akan ada orang yang pernah menemukan bunga edelweiss, bahkan
mungkin tidak ada nama “edelweiss” yang kita ketahui sekarang; tidak ada mimpi
besar yang akan kita capai.
Kapan Saya Harus Mulai?
pelangi di kolam intel ITB
"Keyakinan kita untuk mendaftar ke Institut ini, keyakinan kita akan kemampuan kita sendiri, itu adalah salah satu ujian perjuangan dalam meraih mimpi besar kita."
Perjuangan tidak dimulai
dari setahun lagi, setelah terdaftar sebagai mahasiswa disini, atau hanya
ketika akan menghadapi ujian semester di ITB, kawan. Sebenarnya ujian selalu
ada, bahkan dalam bentuk keyakinan. Apa maksudnya? Keyakinan kita untuk
mendaftar ke Institut ini, keyakinan kita akan kemampuan kita sendiri, itu
adalah salah satu ujian perjuangan dalam meraih mimpi besar kita. Dan saya
telah melampaui ujian pertama saya itu ketika saya memutuskan untuk mendaftar
ke Institut Teknologi Bandung. Apa mimpi besar saya? itu yang anda tanyakan
daritadi? Mimpi besar saya adalah membangun desa saya sendiri, desa tempat saya
belajar sampai saya bisa berada disini. Sesungguhnya mereka selalu menanti saya
kembali, membalas budi dengan segala ilmu yang telah saya miliki. Hanya itu?
Ya, saya hanya memiliki satu mimpi itu. Mungkin kecil bagi sebagian orang,
namun besar bagi desa saya. Mimpi besar telah diwujudkan oleh alumni-alumni
Institut ini semacam Habibie yang memelopori industri pesawat negeri, Soekarno
sebagai tokoh proklamasi, atau Ridwan Kamil, yang menjadi Walikota di tempatnya
dilahirkan dan membangunnya menjadi kota teknopolis dengan ilmu arsitek yang
beliau miliki; Bandung. Dengan cara apa saya membangun desa saya? menjadi
Teknopolis-kah? Atau menjadi destinasi wisata dunia semacam Bali-kah? Itulah
pertanyaan-pertanyaan yang harus saya jawab disini. Inilah Institut Teknologi
Bandung, tempat dimana semua orang bertanya dan harus ada jawabnya. Orang-orang
disini, ilmu yang didapat dari sini, dan pengalaman organisasi plus kota
Bandung teknopolitan sebagai penginspirasi bisa menjawab pertanyaan saya itu
dan mengantar saya menuju mimpi besar saya.
Tapi Saya Masih Ragu
labtek kembar ITB "Mimpi itu sebagai patokan usaha. Mimpi tetap, usaha yang berubah. Jangan sampai terbalik."
Masih ragu untuk jatuh
bangun di kampus ini? Pertanyaan yang saya hadapi satu tahun lalu, saat saya
masih menduduki bangku SMA di sebuah Kabupaten di Jawa Tengah. Saat itulah
keputusan terbesar dalam hidup saya harus diambil; memilih Institut Teknologi
Bandung sebagai satu-satunya pilihan dalam jalur seleksi SNMPTN. Mungkin memang
sudah jalan takdirnya saya berada disini, namun jangan selamanya
mengandalkan/menyalahkan takdir. Karena ada takdir yang bisa diubah dengan
kemampuan kita apabila kita sungguh-sungguh. Kalau tidak lolos bagaimana? Inilah
yang harus kita sadari sejak dini; memantaskan diri. Ya, jika saya tahu
kemampuan saya belum pantas untuk mimpi sebesar itu, maka bukan mimpinya yang
diturunkan, namun usahanya yang ditingkatkan. Perlu ditekankan; JANGAN PERNAH
MENURUNKAN MIMPI SEDIKITPUN. Mimpi itu sebagai patokan usaha. Mimpi tetap,
usaha yang berubah. Jangan sampai terbalik. Bila hal itu terjadi, bukan hanya
mimpi yang turun. Usaha akan turun, kualitas diri akan turun karena tidak keras
berusaha, dan konsekuensi paling buruk; tidak bermanfaat bagi oranglain.
Berangkat!
secret-sites.blogspot.com |
"Jangan pernah malu dan rendah diri hanya karena berasal dari desa, atau tempat
yang terpencil nun jauh disana."
Tentukanlah mimpimu di satu
tempat sebagai suatu target, dan pastikan ia tetap disana. Biarkan dirimu yang
memanjat atau melompat-lompat untuk meraihnya, bukan menurunkan targetnya. Saya
pun baru akan memulai tanjakan ini, perjuangan mendaki untuk menemui edelweiss
hidup saya; mimpi besar saya. namun yang membedakan saya dengan anda, hanyalah
saya telah melewati ujian pertama yaitu keyakinan bergabung di Institut ini.
Jangan pernah malu dan rendah diri hanya karena berasal dari desa, atau tempat
yang terpencil nun jauh disana. Tidak sedikit orang-orang sukses di kampus ini
berasal dari daerah terpencil di Indonesia. Lalu mengapa mereka bisa masuk dan
berkarya di Institut ini? karena mereka percaya bahwa yang membedakan itu bukan
asal daerah, namun mimpi besar mereka yang diwujudkan dalam bentuk nyata;
USAHA. Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater; kami tunggu teman-teman untuk
mendaki bersama di Institut Terbaik Bangsa.
"Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater.."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar